Apakah masih perlu membuat SWOT

Sejak tahun 2015 iseng meluangkan waktu di blog ini , saya menuliskan banyak hal baik pengalaman sendiri maupun pengalaman ber interaksi dengan sahabat sahabat pengusaha muslim dan non muslim terutama yang mengalami kondisi bisnis minus dan terkena bad debt bahkan ada yang sudah lebih dari 5 x jatuh bangun dalam bisnis dan sampai sudah kehabisan semangat dan uang dan lebih parah sudah merasa di takdirkan bernasib buruk oleh Allah y nauzubillahi minzalik.

Perlukah memiliki SWOT ? Dan apakah kalo sudah memilki SWOT maka bisnis akan pasti sukses !?

Ini Artikel saya tulis agak beda , jadi butuh di simak santai sambil ngeteh ngopi santai.

Apakah ada Cara Membangun Bisnis Yang Sukses !? Jawabannya ada tapi belum tentu cocok dengan anda maka sesuaikan.

Apakaj perlu Belajar Strategi Bisnis ? Jawabannya perlu .

Apakah setiap Bisnis harus dilakukan Diagnosa ? Jawabannya Iya , dan Semoga Cara melakukan Diagnosa Bisnis dengan Cepat di artikel ini bisa sedikit mewakili 

Apakah Pebisnis perlu belajar ? Tentu belajar dari  Kesalahan Pebisnis Yang Gagal dan Yang Sukses.

Adakah formula yang terbukti untuk membangun bisnis sukses? Secara teori ada .

Apakah ada UKM yang bisa menjadi bisnis kelas dunia? Katanya semua pebisnis yang sekarang menjadi top brand internasional dan nasional dulunya juga usaha rumahan atau usaha kecil.

Apakah ada jawaban untuk bangkit dari kebangkrutan? Tentu ada dengan mindset dan tools

Apakah dapat uang cepat solusi untuk bisnis anda? InsyaAllah ada pasti .

Bagaimana sebuah bisnis bisa dikatakan stabil? Tugasnya adalah seperti nahkoda kapal .

Apa hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa bisa menciptakan bisnis yang stabil? Nah kalo menurut Anna Hipkis, dalam buku Teach Yourself Small Business Health Check. Ada lebih dari 20 business health check antara lain bagaimana menciptakan stabilitas bisnis.
Maka hari ini kita akan bareng membahas pondasi bisnis agar bisnis stabil dalam waktu yang sangat panjang. Meskipun pada akhirnya tutup seperti yang saya ambil pelajaran dari Keith Cunningham dalam materi bisnis bahwa akan tutup pastinya ada yang tutup di usia 100 tahun , 200 tahun atau 400 tahun kenapa!? Karena bisnis itu memiliki siklus kehidupan seperti fase manusia .

Banyak pakar bisnis mengatakan Membangun bisnis, sama dengan membangun sebuah rumah. Seharusnya tidak dibangun dengan asal-asalan. Simak dan resapi apa yang telah saya gunakan di sesi coaching dan mentoring bagaimana menciptakan bisnis yang berjalan dengan sistem dan butuh waktu berapa lama dan apakah tanda tanda nya serta persiapan yang harus dilakukan

Rumus 1 :
Pebisnis Tahu Cara Memiliki Banyak Uang dan Waktu
Di dalam dunia bisnis, anda bisa dianggap sukses jika mampu menyeimbangkan antara penghasilan dan kerja keras.
Nah, dibisnis coaching dan Mentoring , ada dua indikator penting jika sebuah bisnis butuh di-coach dan di mentoring atau tidak.
Kalau bisnis mencetak yang saya sebut more money and more time dari bisnis.
Kalau business owner-nya making more money and more time, berarti bisnis itu tidak perlu ikut coach & mentor. Tetapi, kalau salah satu bermasalah, itu akan menciptakan efek bola salju kearah yang berbeda. Namun yang menjadi persoalan lain jika sudah pernah di coaching dan Mentoring namun tetap gagal maning dan ini masuk persoalan yang berbeda dan solusinya juga tentu berbeda.

Hampir ketika ditanyakan apa alasannya memiliki bisnis kebanyakan mengatakan alasan seorang pengusaha memiliki bisnis adalah agar bisa mewujudkan cita-cita dengan memanfaatkan ‘uang’ dan ‘waktu’ untuk di nikmati dalam kehidupan ini dan berbagi.

Pernahkah anda menemui ada pemilik bisnis  yang uangnya banyak, tapi tidak ada waktu?

Atau pemilik bisnis yang banyak waktu, tapi uangnya tidak ada? 

Dan paling parah kombinasi yaitu tidak punya duit dan tidak punya waktu.

sebagai coach & mentor, tugas kami  adalah membantu pemilik make more money and more time. Dan jujur saya katakan tidak mudah ibarat marathon tidak instant dan butuh proses serta kejelasan visi hidup dan karakter mentalitas pejuang dan pemenang

Rumus 2 :
Mendiagnosa Bisnis dengan Cepat
Apa problem yang Anda hadapi dibisnis?
……………………………………………………………

Sudah berapa lama Anda memiliki, menyimpan atau membi- arkan masalah ini terjadi?
…………………………………………………………

Siapa saja yang terlibat dengan permasalahan ini?
……………………………………………………………

Apa peranan pemilik bisnis sehingga masalah ini menjadi masalah?
………………………………………………………………

Apa efek terburuk bagi Anda pribadi jika masalah ini terus menjadi masalah yang berkepanjangan?
………………………………………………………
Apa perilaku yang Anda tahu merugikan perusahaan namun tetap Anda pelihara?
…………………………………………………………
Apakah Anda sudah mencoba mengatasi masalah ini?
……………………………………………………………

Jika Anda memiliki kekuatan tanpa batas, apa yang akan Anda lakukan agar masalah ini lenyap dari bisnis Anda?
……………………………………………………………


Rumus  3:
Kuasai 4 syarat sebuah bisnis Sukses
80% bisnis itu gagal di 5 tahun pertama, biasanya. Itu artinya, banyak sekali yang harus kita bantu, terutama bisnis-bisnis menengah.

Sementara sisanya, yang 20%, itu bisa survive. Biasanya, bisnis yang bisa survive hingga 11 tahun hanya sekitar 80%.

Jadi, dari 100 yang mulai bisnis hari ini, 10 tahun kemudian hanya 4 yang survive, 96%-nya tutup/ gagal.

Ini yang harus berhati-hati. Jadi, jangan happy dulu kalau bisnis Anda belum mencapai 20 tahun. Kalau bisnis Anda sudah lewat 10 tahun, baru Anda boleh restructure.

Ada empat syarat jika Anda ingin bisnis Anda sukses:

Usaha itu harus menguntungkan, kalau usaha tidak menguntungkan itu namanya bukan usaha.

Usaha itu harus bisa diduplikasi. Kalau tidak bisa diduplikasi, namanya pekerjaan. Ini juga perlu pemahaman mendalam .

Usaha itu harus bisa berjalan dengan sistem (harus punya sistem). Bedakan Strategi dan sistematis

Tanpa system owner yang kerja lebih keras dari pada karyawan .

Harus ada management. Kalau Anda punya bisnis, tapi tidak punya management, itu namanya bukan bisnis. Itu namanya self employed. 

Rumus 4:
Mengetahui Kesalahan Terbesar dalam Mengelola Bisnis
Banyak pengusaha melakukan kesalahan yang kelihatannya sederhana, tidak ada resiko namun dalam membangun bisnis sukses sering terjebak karena
kesalahan fatal ini.
Contoh, kita seringkali menggunakan emosi untuk memutuskan bisnis. Banyak pengusaha ingin cepat, semua serba terburu- buru. 

Maunya instan, akhirnya dimanfaatkan orang yang menawarkan cara cepat kaya tapi tidak bertanggung jawab.
Ini contoh lainnya, ingin tambah bisnis tapi tidak mau tambah ilmu. Kenyataanya kalau kita kurang informasi, yang ada
kita akan mentok, tidak ada ide dan akhirnya bisnis tidak berkembang sama sekali.

Masih ada lima kesalahan lain yang harus anda simak, baca baik-baik, ya..

Kesalahan pertama   
Banyak pemilik bisnis yang menunggu.

Menunggu apa?
Menunggu ilmu yang paling pas. Menunggu karyawan yang paling pas. 
Dalam bisnis yang saya kelola, saya menunggu tim saya bagus dulu, baru saya mau lepas. 
Menunggu for the right idea. Bahkan, banyak orang yang tidak punya bisnis, mereka menunggu for the right idea. Ini sangat berat bagi anda yang memulai bisnis dengan modal keuangan minim , karena merekrut karyawan sangat profesional itu mahal.

Kalo semisal saya ditanya
“Bisnis apa yang bagus?” maka, akan saya jawab bisnis yang bagus adalah bisnis yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak serta harus tanpa riba . Apapun bisnisnya, it doesn’t matter. Kalau Anda harus punya bisnis panti pijat dan itu menguntungkan, is it a business? IT’S A BUSINESS.

Kesalahan kedua,
Jatuh cinta pada produk!

ah, pernahkah Anda jatuh cinta terhadap produk tertentu? Kenapa harus fall in love with the product, not the deal? Ini sebuah kesalahan. Don’t fall in love with
the product, tapi fall in love with the deal.
Kalau saya tanya apakah bayi Anda lucu? Anak semata wayang yang Anda gendong adalah anak yang paling cakep sedunia.
Apapun kekurangannya, pasti dimata Anda, dia adalah anak yang super cakep.

Bayangkan kalau bisnis anda adalah piringan hitam, atau jual kaset, lalu anda anggap bisnis anda sangat unik dan akhirnya anda jual dengan harga mahal, buka cabang dimana-mana, bahkan anda franchisekan. Bukan laku malah buang biaya, betul ngga?
Jangan perlakukan produk atau bisnis seperti Anda jatuh cinta pada bayi Anda. Karena, bisnis, produk, team, system bisa jadi punya masa kadaluarsa. Sebagai entrepreneur Anda harus berani jatuh cinta pada ‘deal’ bisnisnya, bukan pada produknya.

Kalau Anda punya bisnis, jangan jatuh cinta sama produknya, karena produk itu bisa mati. Anda harus jatuh cinta dengan deal-nya, harus jatuh cinta dengan bisnisnya.

Kalau orang itu sudah punya bisnis dan bisnisnya itu profitable, lalu bisnis apa yang bagus? Jawabnya: bisnis yang bisa jalan tanpa orang itu. So, it doesn’t matter mau bisnis properti atau lainnya, kalau bisa, itu paling bagus.

Ada empat kriteria di dalam bisnis yang memiliki “keharusan”. Bisnis itu harus:
1. Menguntungkan.
2 Bisa diduplikasi.
3. Ada sistemnya.
4. Punya manajemen.
Jika bisnis Anda memiliki empat kriteria seperti di atas, maka suatu hari Anda bisa lepas. Itu poin yang pertama.


Kesalahan ketiga, Terburu nafsu!

Poin yang ketiga kesalahan business owner, kadang dia serba “ingin cepat”. Ingin cepat berhasil dan Ingin cepat untung. Kalau Anda sebagai pengusaha inginnya “serba cepat”, maka hati- hatilah, Anda harus cek: apakah instrumen di bisnis Anda sudah cukup kuat untuk mengatasi kecepatannnya atau belum?
Bisa bayangkan, ngga kalau anak Anda bermain sepeda roda tiga, lalu ditambah turbo, agar kecepatannya bisa sama seperti mobil formula satu? Seru, kan? Atau justru berbahaya? Ooh, jangan sepeda, mobil Anda, deh, Toyota Avanza, mesinnya diganti mesin Cosworth  Formula One engine.
Jangankan lari kencang, mungkin dalam beberapa jam baut- bautnya copot semua.

Mengapa?
Karena tidak menggunakan instrumen yang tepat untuk mengendalikan kecepatannya. Begitu juga dengan bisnis, Anda boleh mempercepat semua keinginan Anda, asal Anda memiliki instrumen yang tepat untuk mengendalikan kecepatan bisnis Anda.
Misalnya, “Wah, saya pengen cepat berhasil. Kalau bisa, tahun depan omzet naik 100 kali lipat..” Itu boleh-boleh saja. Nah, persoalannya, kalau omzet naik 100 kali lipat, kira-kira problem baru apa Anda yang akan punya? Bisnisnya bisa tahan tidak?
Perlu Anda ingat, level bisnis tidak akan pernah lebih tinggi dari pada level leadership Anda. Jadi, kalau ingin menaikan bisnisnya, yang dinaikan dulu Leadership-nya.
Oke, apakah leadership-nya bisa naikan kecepatannya? Ini sama seperti dengan analogi seperti ini: saya punya bisnis dengan satu cabang, lalu saya kasih turbo, berkembang menjadi 10 cabang dalam 1 minggu.

Apa yang terjadi jika saya tidak memiliki instrument, alat, modal, kerangka yang tepat untuk menjaga agar bisnis ini berjalan konsisten? Kira-kira apa yang terjadi? Pasti hancur berantakan, bukan?
So, satu cabang kebutuhan system, struktur, team building, dan strategi yang cocok untuk satu cabang, tapi belum tentu bisa di aplikasikan untuk 10 cabang.

Nah, beda dengan bisnis-bisnis yang sudah punya instrumennya: ada laporan keuangannya, data-datanya komplit, karyawannya teratur, punya rules of the game, ada budaya, dan seterusnya. Tetapi jika bisnis Anda tidak naik-naik, itu artinya ada something wrong. Itu baru ada masalah. Maka, tugas saya sebagai Coach adalah membantu Anda menemukan potensi dan unlock potential-nya.

Kesalahan keempat, Tidak tahu aturan main.

Yang terjadi selama ini, dan ini paling banyak terjadi, bisnis tidak ikut aturan main.
Sudah tahu harus buat laporan keuangan, tapi tidak buat laporan.
Sudah tahu harus disiplin, tapi tidak disiplin.
Sudah tahu harus di-training anak buahnya, tapi tidak di-training.
Sudah tahu harus stock opname, tapi di biarkan saja
Sudah tahu tidak boleh memiliki deadstock, tapi tetap ngotot membeli barang yang tidak bisa dijual cepat.
Sudah tahu harus punya mentor coach, tapi tidak punya mentor ,coach.
Itu semua adalah salah satu aturan dalam hidup. Karena tugas seorang coach adalah membuat hasil yang di atas ini menjadi lebih besar, lebih cepat dan lebih langgeng. Bukan berarti mudah, tetap perlu kerja keras. Siapapun yang ingin menang harus memenuhi syarat utama: MAU KERJA KERAS!


Kesalahan kelima, Kurang Ilmu

Skill vs Risk, coba bayangkan; orang yang tidak memiliki skill, capabilities atau kemampuan, jika ia melakukan sesuatu bisa jadi resikonya besar sekali.

Saya tidak punya skill menerbangkan pesawat tempur, menurut Anda, seberapa besar resikonya bagi keselamatan nyawa saya, jika saya melakukannya tanpa pengawasan? Boleh jadi saya selamat, tapi, berapa besar resikonya?
Skill dan kapabilitas adalah cara terbaik untuk mengurangi resiko. Semakin tinggi skill seseorang, semakin rendah kemungkinan resikonya. Semakin kecil skill semakin besar resikonya.
Nah, coba apa skill bisnis yang saat ini masih kurang Anda
kuasai.

Sudah tahu cara membuat blueprint bisnis? Sudah tahu kalo ada banyak cara cara menambah cash flow tanpa hutang dan riba  ?
Sudah menguasai 300 strategi pemasaran yang murah?
Sudah punya tools cara membuat profit bertumbuh tanpa anda? Sudah tahu cara merekrut karyawan ideal?
Sudah tahu cara mencari leader yang berkualitas?
Ini baru sebagian, kalau ini saja jawabannya masih mengambang, coba cari pelatih, mentor, coach yang bisa membantu segera.

memiliki skill yang harus dikuasai seorang pengusaha. Ini adalah skill yang saya ajarkan Coaching dan Mentoring Business.  

Skill dan resiko sangat berdekatan. Pastinya semakin pandai seseorang dibidang tertentu, maka resiko gagalnya semakin terukur. Semakin kecil keahliannya, semakin unpredictable resikonya. Tahu kenapa banyak yang tertipu belasan milyar bahkan lebih dengan Investasi Bodong?  Karena orang awam lebih keadaan melihat iming-iming keuntungan fantastis tidak punya ilmu untuk mendiagnosa investasi dan investasi bodong.

Rumus 5:
Melakukan Enam Langkah Mambangun Sistem Bisnis
erikut ini adalah cara atau trik membangun bisnis. 

Dari tulisan ini Anda akan belajar detail satu per satu.
Saya akan kasih gambaran globalnya saja. Ada level-levelnya kalau kita mau membangun sebuah bisnis. Ini
berlaku untuk bisnis apapun, di manapun, dan di belahan dunia manapun juga:
Langkah pertama adalah control.
Langkah kedua adalah cashflow.
Langkah ketiga adalah consitency.
Langkah keempat adalah collaboration
Langkah kelima adalah copy.
Langkah keenam adalah choice.

Langkah 1: Control
adalah kemampuan leadership dan kemampuan Anda mengendalikan keuangan. Banyak business owner yang di level control-nya belum kuat, tapi sudah habis-habisan meningkatkan penjualan.
Lantas, bagaimana sih kita bisa mendefinisikan bisnis itu terkontrol atau tidak? Hanya satu, kalau owner-nya tidak menyuntik dana terus-menerus untuk bisnisnya, berarti bisnis itu terkontrol. Selama bisnis masih suntik dana lagi dan lagi, itu berarti ada yang bocor. Yang bocor harus dicari, harus diatasi, harus ditambal, dan harus dibenahi.

Nah, kebocoran itu terjadi karena tidak ada leadership, atau karena leadership-nya lemah. Ketika leadership-nya lemah, kemungkinannya kebocoran-kebocoran itu sangat besar untuk terjadi.
Apakah arti leadership? Artinya, Anda berani tegas untuk diri Anda sendiri. Kalau Anda tidak berani tegas untuk diri Anda sendiri, bisnis itu akan cenderung bocor.
Faktor penyebab kebocoran:
Tidak ada laporan yang akurat
Tidak disiplin dalam menggunakan keuangan
Tidak ada catatan pengeluaran
Tidak memahami cara mengelola keuangan secara professional
Keuangan pribadi campur dengan keuangan perusahaan
Tidak tahu profit yang sesungguhnya
Hanya tahu menjual, tidak tahu biaya actual
Untuk memastikan bisnis Anda terkontrol Anda bisa melakukan:
Lengkapi Sistem Pembelian Internal
Selalu Lengkapi Analisa Profit di setiap Kampanye Pemasaran
Gunakan Sistem Kas Kecil
Simpan Data Profit Tiap Bulan
Secara Kontiniu Ukur Sumber dan Jumlah Prospek
Secara Konsisten Ukur Sumber dan Jumlah Prospek
Ukur Rata-Rata Penjualan per customer untuk tiap karyawan
Catat Jumlah Transaksi Tiap Customer
Buat Neraca Bulanan

Langkah 2: Cashflow
Sekali Anda confidence, bisnis Anda tidak ada kebocoran. Jangan berhenti marketing-nya! Marketing Anda harus terus- menerus berjalan, tidak boleh sekalipun juga engine marketing distop.
Ada klien saya yang katakan begini:
“Wah Coach, customer saya sudah banyak marketing-nya. Kita stop saja, kita kurangin saja.” That’s the dumbest decision yang pernah saya dengar.
“Mengapa di stop?” tanya saya
“Aduh saya bosan Coach, saya sudah pasang iklan, tapi iklannya begini lagi-begini lagi, bosan. Saya mau ganti iklannya,”
“Iklan yang lama responsnya bagus? Lanjut saya
“Bagus, sih. Kita sampai kewalahan melayani customernya.”
Jawabnya
“Iklannya yang baru bagus tidak? Tanya saya Dia jawab:
“Tidak!
Menarik, bukan?
Kita mungkin bosan, tapi customer Anda tidak bosan, new customer Anda tidak bosaen. Jadi, ngapain kita mengganti sesuatu yang sudah bekerja dengan baik?”
Jangan pernah menghentikan marketing engine Anda, bahkan jika perlu, tambah engine marketing Anda. Karena marketing dan sales adalah sumber cashflow jika Anda bisa mengelola keuangan dengan benar.

Kalau Anda sekarang mengatakan, “Wah, saya punya bisnis baru nih, Coach. Uangnya belum banyak, tapi kita bisa control, tapi kita bisnisnya ‘senen- kemis’. Dapat uangnya kalau tidak senen, ya kamis. Bisnisnya kadang bagus, kadang jelek, kayak jungkat jungkit. Kalau saya lagi fokus di marketing, tidak ada yang ngurusin di operasional. Kalau saya sudah ngurusin di operasional tidak ada yang urus marketing-nya.”
Ini yang paling berbahaya, kerjanya jungkat-jungkit. Menurut saya, pastikan marketing ada yang menangani, ada yang mengurusi, ada yang mengatasi. Begitu juga operasionalnya, harus ada yang take care atau ada yang ngatasin. Supaya Anda sebagai owner terus menerus bisa produktif.

Langkah 3: Consistency
Kalau cashflow Anda sudah positif, bagus, dan uangnya udah banyak, mulailah buat sistem. Jangan buat sistem atau business system yang aneh-aneh di saat Anda masih lack in cashflow. Karena, untuk bangun sistem butuh uang. Untuk
membuat tim yang lebih bagus dan untuk menjalankan sistem Anda membutuhkan SDM.
Disaat ini pastikan Anda sudah memiliki
Visi, Misi, Values
Goal
Struktur Organisasi
Action Plan
Key Performance Indicator
SOP, flow chart & Visual Control Board

Jika Anda tidak konsisten menjalankan system, sebaiknya jangan menistemasi bisnis Anda. Bila perlu, jangan ada jam kerja. Jam kerjanya terserah mereka, yang penting target tercapai, itu masih oke. Dibandingkan, sudah buat sistem, eh tidak ada yang menjalankan.

Langkah 4: Collaboration
Bangun team yang solid sejak awal, jangan menunggu bisnis besar baru mendidik team. Kolaborasi ini adalah tAnda-tAnda system Anda bekerja dengan baik. So, jangan buat sistem kalau Anda tidak punya duit, jangan teralu banyak menambah orang jika system Anda tidak konsisten.
Make sure, Anda punya duit dulu, baru Anda bangun system dan membangun system kerja yang baik sebelum Anda merekrut lebih banyak karyawan. Sistem harus dibuat secara matang, karena sistem yang akan membuat bisnis Anda konsisten.
Sistem yang baik tercermin dari kordinasi yang terarah. Ketika team Anda terkendali, mereka tahu apa yang harus dikerjakan, siapa atasan mereka, apa standar kerja perusahaan dan seterusnya.
Di level ini pastikan Anda sudah memiliki:
Team Training Manual 2.Performance review 3.Peraturan perusahaan 4.Sistem rekrutmen 

Terakhir yaitu selalu saya pesan adalah bisnis dengan orientasi akhirat untuk ladang amal . 
Tanpa riba , tanpa ghoror tanpa akad bathil tanpa kedholiman dan memberikan manfaat .
Semoga bermanfaat dan mohon maaf lahir dan batin.
www.abahanto.com
Coachsantoso.blogspot.com

Komentar

Postingan Populer