Kekuasaan itu hanya milik Allah

Kerajaan hanya milik Allah

SELURUH KEBAIKAN DARI ALLAH

Saudaraku,
Kadang kita salah paham yang kita harap-harapkan adalah kebaikan dari orang lain, sampai-sampai hati pun bergantung padanya. Mestinya kita tahu bahwa seluruh kebaikan dan keberkahan asalnya dari Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman,

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 

(QS. Ali Imran: 26) 

Yang dimaksud ayat “di tangan Allah-lah segala kebaikan” adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa Allah Azza wa Jalla. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian penjelasan dari Ath Thabari rahimahullah. 

(Jaami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, Muhammad bin Jarir Ath Thabari, Muassasah Ar Risalah, 1420, 6/301)

Dalam sebuah doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan,

وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ

“Seluruh kebaikan di tangan-Mu.” 

(HR. Muslim no. 771)

Begitu juga dalam beberapa ayat lainnya disebutkan bahwa nikmat (yang merupakan bagian dari kebaikan) itu juga berasal dari Allah Azza wa Jalla. Dan nikmat ini sungguh teramat banyak, sangat mustahil seseorang menghitungnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya).” 

(QS. An Nahl: 53)

قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ

“Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.” 

(QS. Ali Imran: 73)

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya.” 

(QS. Ibrahim: 34 dan An Nahl: 18)

Saudaraku,
Keberkahan orang shaleh, yaitu orang yang shaleh secara lahir dan batin, selalu menunaikan hak-hak Allah Azza wa Jalla. Di antara keberkahan orang shaleh adalah karena keistiqamahan agamanya. Karena istiqamahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan tersesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara... 

(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, 9/376-377)


فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” 

(QS. Thaha: 123).

Keberkahan orang shaleh pun terdapat pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut orang-orang shaleh yang berilmu sebagai pewaris para nabi,

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.”

(HR. Abu Daud no. 3641, At Tirmidzi no. 2682 dan Ibnu Majah no. 223)

Saudaraku,
Keberkahan juga bisa diperoleh jika seseorang berlaku jujur dalam jual-beli. Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Orang yang bertransaksi jual-beli masing-masing memilki hak _khiyar_ (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual-beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual-beli antara keduanya akan hilang.” 

(HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)

Ketika seseorang mencari harta dengan tidak diliputi rasa tamak, rakus, maka keberkahan pun akan mudah datang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada Hakim bin Hizam,

يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”

(HR. Bukhari no. 1472) 

Yang dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan tamak, rakus dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati yang lapang. 

(Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379 H, 3/336)

Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan, 

“Qana’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan keberkahan. Sedangkan mencari harta dengan ketamakan, kerakusan, maka seperti itu tidak mendatangkan keberkahan dan keberkahan pun akan sirna.” 

(Syarh Ibni Batthal, Asy Syamilah, 6/48)

Begitu pula keberkahan dapat diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki. Dari sahabat Shakhr Al Ghamidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shakhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta.

(HR. Abu Daud no. 2606, At Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa qana'ah untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.

_Wallahua'lam bishawab_

Komentar

Postingan Populer